Peran Pahlawan Lokal dan Komunitas untuk Masyarakat

Majalah Time sering merilis nama tokoh yang berpengaruh di dunia ini. Bila sempat membeli majalahnya, mungkin Anda bisa melihat, dari 100 tokoh, berapa banyak sih yang kita sebagai orang Indonesia kenal? Mungkin buat seorang intelektual yang ada di Indonesia, jumlahnya tidak lebih dari 50% saja yang dikenal, siapa saja yang ada di dalam daftar. Sebagian biasanya asing di telinga orang Indonesia.

Dari sini ada dua hal penting yang bisa kita simpulkan. Pertama, Indonesia memiliki perbedaan yang besar atau keterputusan yang cukup tinggi dari dunia global. Apa yang sedang ramai di dunia internasional belum tentu menjadi perbincangan di Indonesia. Pun demikian dengan krisis global. Apa yang menjadi masalah di dunia global belum tentu menyerang Indonesia secara langsung. Hal ini bukan karena Indonesia kuat, tetapi karena memang kita tidak terkoneksi dengan baik dengan dunia global.

Kedua, orang yang berpengaruh di dunia sekarang adalah orang yang mampu menyelesaikan masalah daerah atau negaranya hingga bisa diterima di level global. Kita mungkin tidak kenal orang yang berjuang membela komunitas di Kenya, orang yang berjuang untuk masyarakat digital di Eropa, dan lain sebagainya. Mungkin kalian penasaran, coba kita sebutkan satu nama ini. Indonesia pernah memiliki orang yang berpengaruh versi majalah Time, namanya Adi Utarini, ahli malaria dari Indonesia. Berapa banyak orang Indonesia mengenalnya? Sepertinya tidak banyak.

Di Indonesia sendiri sebenarnya ada tiga orang yang pernah masuk, yaitu SBY, Jokowi, dan Ibu Sinta Nuriyah. Tetapi, semakin ke sini, Time banyak mengeluarkan nama-nama yang tidak populer. Mengapa? Mungkin ceritanya karena semakin lama, dunia ini terkoneksi oleh para local hero-nya, pahlawan setempatnya. Nama-nama besar seperti nama presiden semakin berkurang. Nah mengapa bisa seperti ini?

Asal mulanya mungkin kita bisa berkaca pada program New Deal ketika Amerika Serikat mengalami krisis yang hebat. Sebelum ada program itu, pemerintah Amerika kesulitan untuk menyalurkan bantuan. Setiap Roosevelt meminta timnya untuk mengatasi suatu masalah, sebelum bantuan itu tiba, masalah malah menjadi semakin akut. Contohnya adalah bantuan untuk mengirim susu untuk anak. Ketika tim Roosevelt mengirim, susu yang tiba sudah terlambat dan mengakibatkan anak yang ingin dikirimkan sudah keburu sakit. Ini kemudian menjadi masalah baru, yaitu butuhnya obat-obatan akibat anak sakit.

Nah, untuk mempercepat pengiriman bantuan dan mengetahui secara langsung masalah di lapangan, Roosevelt kemudian membesarkan semua komunitas yang ada di Amerika. Komunitas-komunitas ini diharapkan bisa mewakili suara kebutuhan kelompoknya langsung dan Roosevelt bisa menurunkan bantuan langsung tanpa birokrasi, sehingga apa yang dibutuhkan kelompok itu bisa terpenuhi. Nah ini adalah salah satu sebabnya. Di dunia saat ini, peran komunitas untuk memangkas birokrasi sangat besar.

Sebagai contoh, untuk WHO tahu bagaimana kondisi penyakit malaria di Indonesia, mereka bisa langsung berurusan dengan dokter yang berada di tengah komunitas sambil memotong banyak birokrasi. Karena itulah, dalam dunia yang semakin maju ini, orang yang berpengaruh adalah local hero yang menjadi pejuang komunitasnya.

Tentu hal ini membutuhkan dorongan pemerintah juga untuk memperkuat komunitas. Banyak sekali yang bisa mendunia dari Indonesia melalui komunitasnya. Contoh saja sepakbola dan olahraga lainnya, komunitas seni, hingga komunitas akademis yang bisa langsung saling terkoneksi antara satu akademisi di sebuah daerah dengan akademisi dari negara-negara lainnya. Dunia sudah membuka kesempatan kita untuk berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko