Dunia pendidikan kita memiliki peringkat menengah di dunia. Ada suatu pertanyaan besar, tugas untuk masuk ke dalam peringkat tinggi dunia bagaimana caranya? Tentu pastinya riset menjadi andalan utama bagi universitas agar bisa masuk ke dalam peringkat yang baik. Riset, kemampuan berpikir, dan keahlian menjadi dagangan dunia pendidikan, karena kedua hal itu yang menjadi pokok transformasi manusia.
Mengelola universitas dengan cara seperti manajemen perusahaan sudah mulai diterapkan. Beberapa bagian di universitas diatur secara profesional sebagaimana perusahaan yang menjual produk. Kalau kita melihat universitas besar, kebijakan universitas yang bersifat teknis seperti uang kuliah, daftar ulang, perawatan kelas, dan lain sebagainya adalah tanggung jawab yang terpisah dari dunia pengajaran dan riset. Untuk dunia pengajaran semua difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Alumni adalah hasil pengguna produk universitas. Kepuasan dan kualitas alumni akan menjadi sebuah iklan bagi sebuah universitas. Selain itu, universitas yang maju memiliki pengajar yang handal, sehingga para pengajar diharapkan mampu untuk memiliki personal branding yang baik. Dengan demikian, pengajar akan melakukan personal branding melalui media sosial, melalui seminar, melalui artikel dan jurnal. Coba kita melihat bagaimana seorang pengajar menampilkan dirinya di social media bahwa dirinya berpengalaman, educated, dan layak menjadi seorang pengajar. Akan mudah bagi pembelajar, universitas, dan stakeholder lainnya untuk mencari dan meyakini bahwa dia layak sebagai pengajar.
Branding para pengajar juga merupakan salah satu point penting untuk menggambarkan bagaimana dunia pendidikan itu bonafide. Pengajar adalah ‘mesin’ yang mengubah peserta didik. Sayangnya, di Indonesia saat ini branding seorang pengajar masih lemah. Mereka belum mampu menjadi influencer untuk mempengaruhi kebijakan dan pendapat massa.