Ketahanan dan Kedaulatan Budaya

Di Indonesia, penduduk desa dan kota mungkin bisa dibagi secara rata 50-50. Walaupun secara data penduduk kota lebih banyak satu hingga dua persen. Tetapi, gambaran ini bisa dikatakan bahwa potensi desa dan kota untuk pembangunan Indonesia hampir sama besarnya. Sayangnya, secara infrastruktur mungkin timpang jauh. Inilah yang membuat desa dan kota memiliki perkembangan yang berbeda. Dalam hal ini, banyak sekali yang berpikir bahwa untuk memberdayakan desa maka pembangunan infrastruktur fisik harus dilakukan. Karena, distribusi kesejahteraan ke desa harus dilalui melalui pembangunan fisik.
Hal itu tidak salah, tetapi sebagai negara yang kaya akan budaya dan bahasa, maka hal ini tidaklah cukup. Ada infrastruktur non fisik yang juga harus dibangun.

Kita sadar bagaimana peran negara barat dalam mengeksplorasi dunia ini mereka banyak menggunakan antropolog untuk memetakan kekayaan budaya di banyak daerah. Mungkin kita tahu Margareth Mead dengan karya antropologi masayarakat terpencil. Snouck Hurgronje adalah salah satu ilmuwan lain yang banyak meneliti tentang daerah di Indonesia. Banyak lagi cerita tentang antropolog di dunia yang memetakan budaya di daerah terpencil.

Langkah pertama dalam memetakan masalah di daerah terpencil adalah identifikasi. Bukan hanya dengan dorongan pemerintah, tetapi juga dengan kekuatan sipil dan warga di desa. Setidaknya, masyarakat kota dan desa bisa transfer teknologi dan ilmu pengetahuan dari kota ke desa dan sebaliknya.

Indonesia mempunyai kekayaan yang luar biasa, tetapi kadang pihak luar sulit untuk memvalidasi kekayaan negeri ini. Hal ini dikarenakan aktifitas masyarakat kita masih tidak teridentifikasi dan bersifat informal. Kekayaan masyarakat desa seperti gerobak pedagang sate, kapal nelayan di pedalaman, bahasa daerah, bahkan mungkin juga kekayaan adat lainnya tidak bankable. Bahkan mungkin budaya perbankan sendiri tidak sesuai dengan budaya mereka. Dengan logika modernisme yang harus produktif dan efisien, maka harus ada cara bagaimana memonetize dan melindungi budaya kita. Banyak bagian-bagian dari budaya kita yang rusak karena westernisasi, tetapi juga banyak budaya kita yang tidak tersentuh hingga dunia tidak mengetahui seberapa besar negeri ini.

Sebenarnya pengetahuan akan budaya dan kekayaan indonesia harus menjadi pengetahuan dasar. Mungkin salah satu yang bisa kita gambarkan bagaimana kekayaan indonesia menjadi hilang adalah kasus subak (sistem pertanian di Bali). Dalam dunia pangan, salah satu negara termaju dan memiliki food security yang baik adalah Belanda. Mereka mampu memproduksi pangan dengan cara yang mudah tetapi hasilnya berlimpah.

Universitas Wageningen di Belanda yang menjadi universitas terbaik dunia di bidang pangan adalah back bone dari pertanian Belanda yang membuat Belanda memiliki pertanian nomer satu di dunia. Dalam jurnal yang diterbitkannya, mereka mengatakan bahwa salah satu pertanian terbaik di dunia sebenarnya ada di Bali. Seharusnya seluruh dunia mencontoh sistem subak agar manusia mampu memiliki sustaibilitasnya di bidang pangan dan budaya. Di pertanian subak, petani menanam tanaman sesuai dengan kondisi air yang dibentuk oleh alam. Subak memiliki konsep filosofi berdasarkan Tri Hita Karana sebagai harmonisasi antara manusia dengan Tuhan. Di setiap sudut pengairan di Bali dipercayai memiliki dewa yang membantu pertanian agar subur. Petaninya membesarkan bebek dan ikan bersamaan dengan tanaman padi. Pengairannya diatur berdasarkan rekayasa lahan. Inilah salah satu rekayasa pertanian terbaik. Indonesia memiliki kekayaan intelektual di pedesaan Bali. Sayangnya, kini subak sudah hamoir terhancurkan karena teknologi pompa. Masyarakat desa tidak bertani lagi dengan dunia spiritualnya, bebek dan ikan tidak lagi diperlukan, dan yang terparah adalah kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana. Salah satu alasan mengapa mereka membutuhkan pompa, karena Bali mengalami lonjakan pendatang. Tourisme dilakukan besar-besaran hingga menggeser budaya desa. Kadang kita tidak tahu bahwa yang rusak dari modernisasi adalah kekayaan kita sebenarnya. Karena itulah, dibutuhkan pemetaan atas kekayaan sebagai bahan validasi bahwa semua bisa melihat kekayaan kita di desa adalah aset besar nantinya. Semoga kasus seperti subak di pedesaan Bali tidak terjadi lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko