Kekerasan Melahirkan Kekerasan

Kekerasan itu pasti melahirkan kekerasan kembali. Mungkin itu kalimat tepat untuk menggambarkan konflik Palestina. Konflik ini sudah masuk ke generasi kedua bahkan beberapa sudah merupakan generasi ketiga. Apa yang dipertengkarkan dahulu itu diturunkan kepada anak cucu. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa membeci itu memang hasil belajar. Orang Israel kini mungkin banyak yang tidak tahu bagaimana proses orang tuanya menduduki tanah palestina. Orang Palestina pun tidak mendengar langsung bagaimana sumpah serapah orang tuanya untuk mengambil tanah palestina yang diduduki israel. Tetapi, semua generasi kini itu lahir dari kebencian masa lalu, karena kita percaya bahwa bayi tidak lahir membawa konflik secara genetika. Semua diajarkan untuk mewarisi masalah kakek neneknya atas nama sejarah.

Perang Israel dan Palestina memang perang tentang eksistensi negara-negara di timur tengah. Mungkin bila kita mundur sedikit, semenjak tahun lalu, Arab Saudi beberapa kali bertemu dengan israel. Ada sinyal mereka hendak membuka hubungan diplomatik yang luas. Alasannya memang banyak, tetapi mengingat banyaknya ekspansi bisnis kerajaan di seluruh dunia, membaiknya hubungan Arab dan Israel tentu saja ditengarai karena faktor ekonomi. Arab tidak ingin lagi bergantung pada minyaknya. Sebagai negara yang berpengaruh di timur tengah, tentu terbukanya hubungan Arab dan Israel berdampak pada geopolitik Timur Tengah. Hal ini tidak menguntungkan Palestina. Kepentingan ekonomi bisa merubah posisi politik dunia. Sebelum Hamas menyerang Israel, Israel cukup intens untuk membantu Gaza menjadi daerah yang berkembang. Dengan mulai ikut campurnya Israel pada ekonomi di Gaza, Hamas merasa terpojokkan secara internasional dan di dalam negerinya pun peran Israel membahayakannya. Secara politik luar negeri peran Israel di Timur Tengah semakin kuat, sedangkan di dalam negeri Palestina tampak menjadi normal dengan peran israel di Gaza. Konflik itu pun akhiirnya dipilih agar tetap bisa mengingatkan banyak negara bahwa Israel yang merebut tanahnya itu tidak bisa dilupakan walaupun kini Israel mempunyai persahabatan dengan negara Arab dan memberikan bantuan di jalur Gaza bagi warga Palestina.

Bahasa kekerasan yang dahulu diajarkan pun kini digunakan lagi, baik Israel kepada Palestina maupun sebaliknya. Sayangnya, kini konflik mulai mendekati status genocida. Generasi masyarakat Israel dan Palestina kini dibesarkan oleh perang masa lalu, dan dengan perang kini sudah pasti membesarkan generasi mendatang. Mungkin dahulu ada istilah “melawan lupa” yang banyak diungkapkan oleh filsuf eropa. Tapi kini, “melupakan lawan” mungkin bisa jadi solusi akhir dari konflik Palestina. Karena memang pada dasarnya manusia bisa lahir karena dendam dan bisa lahir tanpa problem sejarah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko