Carut-Marut Pendidikan Indonesia, Solusinya Apa?

Carut marut pendidikan Indonesia, solusinya apa?

Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) adalah salah satu ukuran tentang keberhasilan negeri ini dalam mendidik siswanya. Dalam dunia pendidikan, PISA mengindikasikan hasil pengajaran di bidang literasi, berhitung, dan sains. Yang sangat disayangkan adalah dari awal masuk PISA, peringkat Indonesia selalu turun dan tidak pernah membaik. Mungkin di Asia Tenggara sendiri peringkat Indonesia memang diakui semakin jauh dari negara-negara tetangga.

Singapura kini sudah memiliki salah satu universitas terbaik di dunia. Malaysia pun sekarang universitasnya banyak diincar oleh pelajar-pelajar Asia Tenggara. Indonesia yang dulu merajai pendidikan di regional Asia Tenggara sekarang terjun bebas. Tidak ada satu faktor tunggal yang membuat ini terjadi, tetapi memang korupsi dan budaya negeri ini harus diperbaiki.

Pendidikan memang selalu membutuhkan dana. Kemampuan guru bisa ditingkatkan dengan program yang baik, kebutuhan siswa belajar bisa ditingkatkan melalui infrastruktur yang memadai, dan masuknya buku ke dalam dunia pendidikan harusnya menstimulasi anak untuk membaca. Semuanya membutuhkan dana dan budaya yang kondusif.

Dengan tidak mempunyai budaya membaca, maka besar sekali kemungkinannya tingkat akademis Indonesia menurun dibandingkan negara lain. Dunia akademis adalah dunia di mana semua pernyataan dan hasil kerjanya harus berdasarkan literasi. Kita tidak bisa bekerja di luar literasi yang ada, karena dalam dunia akademis semua teori mengacu pada teori sebelumnya. Dengan keterputusan literasi, tentu dunia penelitian dan keilmuan Indonesia tidak akan diakui oleh negara manapun.

Bagaimanakah cara awal meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia? Buat saya, hal yang paling awal adalah keterbukaan. Kita harus terbuka untuk memasukkan isu, buku, metode, dan bahkan pengajar dari luar apabila memang untuk mendapatkan ilmu kita harus melakukannya. Negara yang tertutup tentu saja akan menjadi negara terbelakang. Dengan masuknya budaya keilmuan yang positif dari luar, diharapkan budaya membaca siswa akan ikut terpengaruh.

Dengan merasakan keterbukaan, tingkat kompetisi siswa di Indonesia akan semakin tinggi, karena kita semua akan bersaing secara fair dengan sumber daya manusia dari negara lain. Dengan bacaan dan ilmu dari negara luar pula lah saya dan kawan-kawan merancang untuk menaklukkan rezim otoriter. Jangan sampai negeri ini kembali menjadi negara yang tertutup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko