Bisakah Semua Warga Negara Diberi Kebebasan?

Eropa memiliki budaya yang multikultural. Salah satu contohnya adalah Prancis, di mana banyak budaya yang hidup dalam satu daerah. Di Prancis, mereka belajar untuk hidup bersama, walaupun begitu, sebagaimana New York di zaman dulu, perselisihan antar golongan dan etnis mudah terjadi.

Ada sedikit yang berbeda di antara keduanya. Di New York, banyak perselisihan terjadi karena pertarungan kepentingan antaretnis, tetapi di Prancis yang multikultural lebih banyak perselisihan terjadi antar perbedaan strata sosial terlebih dahulu, sebelum perselisihan itu kemudian menjadi perselisihan etnis. Si miskin dan si kaya menjadi topik yang sensitif dan semuanya berujung pada ras minoritas yang dijadikan alasan.

Banyaknya kerusuhan di negara Prancis belakangan ini, salah satu akibatnya adalah mungkin karena rakyat memiliki kekuasaan yang besar. Kualitas rakyat seperti apa sebenarnya yang boleh memegang kuasa hingga sebuah negara menjadi mudah rusuh? Di Indonesia dulu ada sebuah contoh. Hatta adalah salah satu orang yang membuka gerbang demokrasi, sehingga kekuasaan dipegang oleh banyak partai dan golongan. Sekitar tahun 50-an indonesia memulai babak demokrasi dengan meriah. Kehidupan kita berikutnya memang dipenuhi oleh banyak kepentingan golongan. Seringkali hal ini malah membuat stabilitas indonesia terganggu. Segala sesuatu yang menyangkut perbedaan golongan menjadi sensitif.

Mungkin puncaknya terjadi di tahun 1965, ketika pertarungan antargolongan berujung dengan pembantaian. Perdebatan itu selalu berada pada; apakah sebaiknya sebuah negara berdemokrasi secara bebas, atau sebuah negara bisa berdemokrasi ketika rakyatnya sudah dewasa? Selama kita belum dewasa, apakah sebaiknya kebebasan kita ditaruh pada tangan orang yang bijaksana saja?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko