Apakah Kebebasan Itu Ada Batasnya?

Kebebasan itu mutlak. Secara filosofis, manusia tidak bisa dinilai etikanya ketika dia tidak menjadi manusia bebas. Tanpa kebebasan, kita akan berubah menjadi benda yang tidak bisa memiliki pilihan. Ada sebuah pertanyaan besar, apakah dengan kebebasan maka dunia akan menjadi lebih brutal, di mana si kaya akan memakan si miskin dan si lemah akan dihabisi oleh si kuat?

Pada dasarnya manusia memang bisa menghancurkan manusia lainnya, karena itu dalam dunia kita, manusia adalah makhluk yang harus membuat aturan. Aturan akhirnya membuat manusia menjadi sangat mudah untuk berhubungan satu sama lain. Aturanlah yang seharusnya membuat manusia bisa lebih merasa tenang dengan identitasnya.

Bagaimanakah aturan itu seharusnya? Ada sebuah buku yang berjudul Generations. Buku ini menjelaskan tentang evolusi manusia dari generasi silent hingga generasi Z. Dalam perkembangan dunia modern, paradigma yang paling banyak memengaruhi manusia adalah paradigma individualisme, sehingga seperti ada pertentangan apakah hakikatnya manusia itu makhluk individu atau makhluk sosial.

Apakah aturan yang ada di dunia ini melindungi manusia sebagai individu atau manusia sebagai kelompok? Apakah kebebasan manusia itu menggiring manusia menjadi individualis atau kebebasan itu malah memperkuat manusia sebagai makhluk sosial? Jawaban itu tentu bisa kita renungkan masing-masing. Namun, indikasi di dunia modern dan di perkotaan, munculnya islam radikal, LGBT, munculnya kelompok feminist, kelompok gamers, dan banyak komunitas yang dulu tidak tidak muncul kini terkenal adalah akibat semakin kuatnya paradigma individualisme di masyarakat.

Sekarang semua orang seperti menyuarakan siapa diri mereka, dan terkadang mereka menggunakan kelompok untuk menunjukkan jati dirinya. Seperti misalkan, apabila kita ingin menjadi sedikit tampak laki-laki sekali, maka kita bisa berkumpul dengan anak motor yang memiliki atribut maskulin. Apabila kita ingin menyuarakan kesamaan gender, maka kita bisa sama-sama belajar dan berjuang dengan kaum feminis. Masih banyak lagi cara bagaimana kita menyuarakan siapa kita melalui kelompok yang ada.

Dalam buku Generations itu memang diindikasikan bahwa semakin generasi ini modern, semakin generasi ke depan menjadi individualis; dan semakin individualis, semakin mereka berani menyuarakan identitas mereka. Semakin ke sini semakin akhirnya beragam identitas di dunia ini.

Kelompok adalah akibat dari proses personalisasi identitas manusia. Sekarang ini kita mengalami satu fase di mana kelompok dan komunitas menjadi penting. Negara tidak bisa lagi menjadi totaliter di mana semuanya menjadi seragam. Kita tidak bisa berharap semua generasi akan sama. Bahkan dulu sekali seorang futurolog Alvin Toffler pernah menulis bahwa ke depan produk di dunia ini bisa dipersonalisasi karena manusia memang semakin personal dan berbeda antara satu dengan lainnya.
Semakin ke depan, semakin kecil circle manusia hingga akhirnya menjadi individualis. Akhirnya kita bisa sadar bahwa kadang kita bergerak dan berdialek dengan satu kelompok, kemudian pindah ke kelompok lain. Kita mencoba membuka jati diri masing-masing lalu merefleksikannya ke dalam kerumunan. Kita merasakan siapa kita dan kita mencari kelompok yang membuat kita menjadi lebih berarti dengan diri kita. Seperti kata David Hume, we are motivated by passion untuk menjelajah lingkungan kita, oleh siapa kita dan apa yang baik bagi kita. Passion memiliki rasionalnya sendiri untuk dilakukan karena passion kita pasti dibatasi kemampuan lingkungan untuk mewujudkannya.

Salah satu yang membatasi passion atau jati diri kita adalah politik. Politik mendefinisikan siapa kita, karena politik lah yang membuat aturan, sehingga terbangun jembatan antara diri kita dan lingkungan. Proses membuat jembatan inilah yang biasa kita sebut proses etis. Jembatan ini kadang kita sebut hukum, kadang disebut moral, kadang disebut policy, dan banyak lagi lainnya.

Dalam dunia politik, policy yang dibuat diharapkan mengandung kebijaksanaan bagi fitrah manusia. Fitrah manusia adalah merdeka dan bebas, tanpa kebebasan manusia adalah benda. Aturan adalah kanalisasi dari kebebasan itu, bagaimana sebuah kebebasan menjadi wujud nyata dan mendefinisikan manusia sebagaimana makhluk yang bisa berada dalam sebuah peradaban.

Karena itu, sudah saatnya politik 2024 kita bertanya pada semua generasi, isu apa yang seharusnya kita angkat, karena etika itu seperti pendulum yang bergerak terus dalam bentuk dialektika diantara perbedaan generasi, lingkungan, dan perbedaan diantara kita sebagai individu. Inilah salah satu dasar mengapa penyampaian ide secara massif melalui televisi dan cara massif lainnya tidak seefektif dulu. Politisi harus mampu masuk ke dalam banyak sisi kehidupan. Harus mampu menimbang permasalahan dan harus mampu membawa ide besar untuk mencari solusi atas semuanya.

Karena itulah, segala keputusan politik seharusnya menjadi keputusan etis, yang menjadi jembatan warga dengan lingkungannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko