Dalam dunia politik yang memanas saat ini, debat politik menjadi salah satu acara yang paling ditunggu. Negara kita memang masih tertinggal untuk masalah debat politik. Debat lebih sering dimaknai dengan menang dan kalah. Anggap saja seperti ini, dalam debat, ketika ada seorang tidak bisa membalas argumen lawannya maka biasanya dianggap tidak memiliki kompetensi. Mungkin ada benarnya tetapi juga ada salahnya. Dalam debat yang dibutuhkan sebenarnya kontras, sehingga kita bisa tahu pasti ide apa yang dibawa oleh lawan debat seorang kandidat. Buat seorang politisi yang baik, menutupi kesalahan kandidat dengan argumen tentu saja tidak lebih baik dibandingkan mencari kelebihan dari kandidat itu sendiri. Contohnya begini, bagi seorang pendukung Prabowo, tentu lebih baik mencari segala kelebihannya dibandingkan dengan menutupi kekurangannya. Karena apabila kita menutupi kekurangan Prabowo tentu saja orang tidak akan percaya bahwa kita bisa berpikir objektif untuk menjelaskan kelebihannya. Dalam dunia debat memang itu disebut kontras, dimana kita membiarkan orang menyebutkan keburukan kandidat kita, tetapi kita mampu menunjukan kelebihan kandidat kita hingga akhirnya masyarakat tahu bahwa diantara kekurangannya, kelebihannya masih lebih banyak. Debat yang buruk adalah ketika seorang politisi mampu menutupi kekurangan seorang kandidat, tetapi dia tidak mampu menunjukan keunggulannya. Akhirnya apa yang mau kita pilih? Karena menutupi kekurangan orang tidak membuat orang itu lantas memiliki kelebihan untuk menjadi pemimpin. Itulah, mengapa di Amerika, menutupi kekurangan capres dengan berbohong atau melarang orang lain membuka aib adalah sebuah kesalahan dan apabila itu dilakukan kandidat, hal itu termasuk kejahatan serius. Karena konsepnya keburukan itu harus ditampilkan dan kebaikan harus ditampilkan. Itulah yang disebut kontras, sebuah konsep debat yang baik. Jadi rakyat bisa memilih dengan bijak.