Mengejar Gelar, Keterampilan, atau Pola Pikir?

Dalam dunia psikologi modern, kita banyak menemukan istilah baru yang membagi bagaimana manusia berpikir dan bagaimana manusia berperilaku. Cara manusia berpikir biasanya berlandaskan pada mindset manusia. Carol Dweck dalam bukunya membagi mindset menjadi mindset yang tetap dan mindset yang berkembang. Mindset yang tetap ini adalah mindset yang mencoba untuk terus berada dalam kondisi yang mapan. Mana sebenarnya yang lebih baik?

Gus Dur pernah bercerita tentang seorang kyai di luar pulau Jawa. Kyai itu memiliki banyak pengikut dan menjadi bagian penting di salah satu daerah di timur Indonesia. Beberapa kali ulama mengajaknya untuk datang ke Jakarta, karena keahliannya bisa sangat berguna di Jakarta, terutama sebagai pemikir islam nasional. Kyai itu tidak pernah merasa ingin untuk meninggalkan kampung halamannya. Akhirnya sampai dia meninggal pun, dia tetap berada di kampung halamannya dan selalu berada di tempat yang sama. Gus Dur mengatakan bahwa kadang kita membutuhkan orang yang berkembang, tetapi kadang kita juga membutuhkan orang yang loyal dan tetap berada dalam kondisi yang sama.

Di sisi lainnya, mindset kadang juga harus bisa berada dalam kondisi selalu fleksibel. Salah satu alasannya adalah karena dunia ini berubah secara cepat. Contohnya ketika kita mempunyai masalah, kita harus mengubah mindset bahwa masalah kita adalah tantangan. Di kala kita mendapatkan lingkungan baru, kita harus mulai melihat bagaimana lingkungan baru ini merupakan suatu dunia penjelajahan yang menyenangkan. Dengan semakin kita lentur, maka kita akan semakin mudah untuk diterima di banyak kondisi. Hal ini tentu saja akan mempermudah kita untuk mendapatkan banyak hal seperti, lingkungan baru, jabatan, kedudukan, pendidikan, dan lainnya. Berbeda apabila kita kaku dan tidak mampu berbaur dengan banyak kondisi dan manusia.

Dalam bukunya, Daniel Kahneman mengatakan bahwa tipe orang berperilaku bisa dilihat menjadi dua. Pertama adalah fast, dan kedua adalah slow. Orang berperilaku cepat biasanya mengandalkan emosi dan insting, sedangkan orang yang berperilaku perlahan-lahan biasanya mengandalkan logika. Apakah keduanya ada yang salah? Pastinya tidak. Apabila kita berperilaku menggunakan insting dan emosi, tentu kita bisa terlatih mengasah dan mengendalikan emosi-emosi ini.

Emosi dan insting kadang menggunakan pikiran subconscious. Pikiran ini adalah endapan dalam dari banyak pelajaran yang kita dapat. Pikiran ini bisa dengan mudah muncul tanpa kita harus memikirkan banyak hal secara lambat. Kita logikakan seperti ini. Apabila kita ingin pergi ke suatu tempat yang sering kita kunjungi, maka biasanya kita tidak menggunakan logika untuk mengerjakannya.

Kita bisa berjalan sambil memikirkan hal yang lainnya. Semua serba mekanis. Bayangkan apabila dalam satu hari kita mempunyai banyak pekerjaan. Maka, dengan bekerja secara mekanis dan menggunakan pikiran subconscious, bisa jadi jumlah pekerjaan semakin banyak yang bisa kita selesaikan. Tetapi, bandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan pelan-pelan secara logika. Kita bekerja detil, telaten, dan sistematis tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri karena mungkin kita lambat tetapi pekerjaan kita cenderung selalu lebih baik dan lebih benar.

Semua macam cara bekerja di atas tentu sangat diperlukan. Alasan utamanya karena beberapa bidang membutuhkan satu cara bekerja dan bidang lainnya membutuhkan cara bekerja yang lain. Ambil contoh apabila kita menjadi dokter bedah atau pilot. Pilot dan dokter bedah biasanya dinilai berdasarkan jam terbang atau lama mereka bekerja. Hal ini dilakukan agar segala permasalahan yang mereka dapati yang cenderung kritis dan membutuhkan keputusan cepat bisa diambil tanpa harus berpikir. Apabila pesawat jatuh, tentu pilot harus memiliki reflek yang bagus dan emosi yang terlatih. Berbeda dengan seorang peneliti. Dia harus secara perlahan-lahan berpikir dan menimbang banyak data sebelum mengambil kesimpulan. Hal ini menjadi penting karena pembaca hasil penelitian akan bisa memahami penelitian apabila data, sistematika, metode, dan teori yang digunakan teratur dan connected.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko