Hak Manusia Atas Data

HAK MANUSIA ATAS DATA

Apa yang paling ditakuti oleh masyarakat hari ini? Tentu di antara banyak jawaban, data merupakan salah satu yang harus dipikirkan keberadaannya. Data merupakan sesuatu yang mengerikan karena bisa membuat seseorang mampu untuk menguasai banyak hal. Sebelum kita membicarakan betapa bahayanya data bagi manusia apabila dipegang oleh orang yang salah, maka kita bisa memulai dengan penjelasan berikut. Ini mungkin sedikit melenceng, tetapi penting untuk kita ketahui bersama sebagai sumber mengapa pada ujungnya data yang dimiliki oleh sebuah instansi atau pemerintah tanpa pengawasan publik sangat berbahaya.

Dulu kita masih banyak yang mengerjakan matematika dengan kasus yang sederhana. Anggap saja kita menggunakan matematika untuk berdagang. Apabila harga roti 10 ribu rupiah dan orang yang membelinya memberikan uang 100 ribu, maka kembaliannya adalah 90 ribu. Itu matematika yang digunakan di zaman awal-awal manusia berbudaya.

Kini, matematika sudah bisa digunakan untuk hal yang lebih ekstrem lagi. Misalnya, dengan kebiasaan orang Jakarta membeli bubur ayam di Jakarta Selatan, ketika di Bekasi mengalami kemacetan, berapa persen kemungkinan tukang bubur di Jaksel mengalami kerugian? Hal ini mungkin di zaman dulu tampaknya tidak mungkin bisa dihitung, tetapi kenyataannya sekarang sangat mungkin.

Bahkan mungkin zaman dahulu kita tidak bisa membayangkan, bagaimana pemilihan presiden yang akan dilakukan tahun depan sudah bisa dilihat preferensi kemenangannya tahun ini melalui sistem survei dengan pengambilan sampel yang tepat. Matematika kini sudah sangat berkembang, terutama yang akhir-akhir ini mempengaruhi dunia adalah perkembangan pesat statistik dan algoritma.

Kita bahas sedikit tentang statistik. Mungkin secara garis besar saya bisa menjelaskan statistik sebagai ilmu untuk kita mengolah data. Statistik ini secara data bisa berbentuk rekap, seperti jumlah menteri setiap presiden yang berbeda-beda, jumlah gubernur, dan jumlah lainnya yang sifatnya hanya data. Statistik ini juga bisa mencakup bentuk teknik pengolahan data itu. Contohnya, dengan data-data yang benar kita ingin tahu apabila dalam kondisi tertentu ketika kita mempunyai dua calon presiden, dengan jumlah provinsi dan kota sedemikian banyak, dengan jumlah penduduk sekian dan teknik sampling yang benar, maka kita bisa mensurvei apabila kita melakukan pemilihan umum sekarang, siapa yang akan menang. Statistik ini namanya statistik deskriptif yang bisa berguna bagi survey dengan populasi besar. Dengan menggunakan teknik sampling yang benar, maka kita tidak perlu mendatangi semua masyarakat Indonesia yang boleh memilih presiden. Kita tidak perlu menanyakan seluruh masyarakat Indonesia satu persatu.

Di sisi lainnya, selain statistik deskriptif, ada juga statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan, pengaruh, dan lainnya. Statistik lanjutan ini sangat menarik. Dasar logika statistik hubungan dan pengaruh adalah tidak mungkin ada dua hal yang tidak memiliki hubungan sama sekali dan tidak mungkin ada dua hal yang memiliki hubungan sempurna. Karena itulah, statistik biasanya memiliki nilai yang tidak sempurna.

Anggap saja logikanya seperti ini, apa sih hubungannya antara Budiman Sudjatmiko dengan Donald Trump? Mungkin banyak orang yang menganggap hubungan itu tidak ada, tetapi memang hubungan itu ada walaupun kecil. Kita coba melakukan zoom out. Misalnya suatu saat saya diundang Jokowi, ketika undangan datang saya sedang lari pagi di taman. Ketika di jalan sehabis lari pagi saya menemukan seseorang memukuli istrinya, dan di saat itupun terjadi adu mulut lelaki itu dengan saya. Karena saya merasa lelah, akhirnya saya meninggalkannya dan menyimpan memori itu di dalam kepala. Di perjalanan menuju istana, pikiran saya terganggu karena jangan-jangan dengan meninggalkan wanita itu, kini dia sudah tewas. Sewaktu bertemu dengan presiden Jokowi saya masih teringat tentang kejadian di taman, sehingga masalah yang saya bahas dengan presiden tidak tuntas. Malam itu Presiden Jokowi terbang ke Amerika dan menemui Donald Trump. Karena seharian perdebatan saya dengan presiden berputar-putar tidak tuntas, akhirnya presiden Jokowi merasa lelah ketika berbicara dengan Donald Trump yang mengakibatkan mood Donald Trump berubah. Bagaimanapun, statistik bisa menghitung kemungkinan saya mempengaruhi Donald Trump. Kemungkinan itu selalu ada dalam statistik.

Lalu, kita bisa bayangkan seperti ini, apabila data yang bisa dianalisis melalui statistik sangat banyak dan termasuk data-data pribadi, maka kemungkinannya berapa besar seseorang atau institusi yang memiliki data itu mampu memprediksi kejadian kita di masa depan? Berapa banyak orang bisa mendeteksi siapa yang paling besar mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat walaupun orang itu tidak harus berada di sana. Logika kepak sayap kupu-kupu yang mengganggu Tiongkok bisa benar-benar terjadi. Kita bisa tahu di Tiongkok sana, siapa yang bisa bisa mengganggu kebijakan Amerika Serikat.

Selain karena mampu mengidentifikasi seseorang, hal ini juga tentu mengerikan karena dengan data-data statistik, maka kemungkinan perilaku kita di masa depan akan mudah diketahui. Seseorang bisa memanfaatkan kita untuk berperilaku sesuai dengan kepentingannya. Sebagai contoh, dengan diketahuinya data preferensi presiden di masa depan dari pemilih di Indonesia, maka partai yang buruk akan menyediakan pemimpin yang kemungkinan akan menang tanpa perlu melihat rekam jejak dan kapabilitasnya. Data dan statistik mempermudah orang tetapi juga merusak sistem. Hal ini terjadi tidak hanya dalam dunia politik. Kita bisa tahu di dunia bisnis, dunia kejahatan, dan banyak lagi di mana ketika mereka memiliki data yang sangat penting, data tersebut mampu digunakan untuk kepentingan yang buruk.

Selain statistik, algoritma juga memiliki hal yang sama. Dengan banyak dibuatnya mesin yang berdasarkan pada AI, maka mesin akan menjadi semakin pintar dan bisa digunakan dengan cara yang baik ataupun buruk. Kita ambil contoh seperti mesin yang mampu melakukan penipuan. Dengan banyaknya kombinasi data, maka mesin bisa belajar untuk melakuan kecerdasan yang melebihi kecerdasan manusia.

Contohnya seperti ini: dengan banyaknya data mengenai kebiasaan dan cara berperilaku manusia di dunia perbankan, maka manipulasi perilaku manusia untuk tanpa sadar memberikan akses pada rekeningnya mudah dilakukan. Anggap saja misalnya sebuah perusahaan perbankan ingin menarik keuntungan lebih banyak dari nasabahnya, maka dia bisa membuat mesin yang menstimulasi orang untuk terus menarik uang. Atau mungkin mesin judi bisa memiliki tampilan seperti komputasi saham. Dengan logika saham, melalui mesin cerdas dia bisa memancing manusia untuk lebih banyak lagi berbisnis saham. Atau, mungkin sekali pihak produsen mampu menghasilkan alat yang mempermudah konsumen untuk berbelanja. Apapun alat yang bisa belajar untuk terus menjadi pintar karena disuplai data yang banyak tentu menjadi bahaya bagi manusia apabila tidak diawasi.

Dengan banyaknya potensi masalah atas data, maka seharusnya akses atas data ini diatur. Masyarakat berhak mendapatkan data untuk kebaikannya. Masyarakat mendapatkan jaminan bahwa data penting yang bisa mengganggu kehidupan dan kebebasannya dibatasi dan diawasi oleh instansi yang terpercaya. Hak atas data berupa hak untuk menggunakan sesuai kebutuhan dan hak untuk mendapatkan perlindungan data. Apabila data penting jatuh ke tangan yang salah, pastinya negeri ini akan jatuh ke dalam eksploitasi yang dalam dan paling ekstrem jatuh ke jaman perbudakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko