Robot Perancang Undang-Undang

Apakah bisa seisi parlemen atau pembuat Undang-undang itu diisi oleh mesin?

Kecerdasan buatan atau AI memiliki banyak kemampuan untuk menghasilkan karya. Di banyak bidang, hasil yang dibuat oleh AI tidak dianggap oleh manusia, tetapi di bidang lainnya hasil yang dilakukan oleh AI menjadi sangat membantu. Banyak asosiasi fotografi, musik, dan karya lain yang tidak mengizinkan campur tangan AI. Mereka melarang foto dan musik hasil AI untuk dibandingkan sejajar dengan karya manusia. Sedangkan para sekretaris, pemburu proyek, dan sebagainya merasa AI menyediakan asisten yang baik dengan hasil yang memuaskan.

Dari sinilah nampak bagaimana klasifikasi AI menjadi penting, bidang mana yang membutuhkan penerapan mesin dan bidang mana yang sebaiknya jangan. Nah, kembali pada si pembuat Undang-undang. Apakah sebaiknya kita menggunakan AI? Toh mesin dengan data yang banyak juga bisa meng-generate nya menjadi hukum.

Saya yakin, hampir semua orang mengatakan sebaiknya manusialah yang membuat undang-undang untuk manusia. Tetapi, bagaimana dengan suap? Monkey business? Permainan di bawah meja? Kalau undang-undang dibuat oleh mesin, maka undang-undang itu akan bebas suap, bebas kepentingan golongan, hingga bebas akan manipulasi data.

Sebenarnya rakyat mungkin juga tidak peduli dengan siapa yang membuat Undang-undang, selama hasilnya baik dan bisa diterapkan. Tetapi, ada faktor-faktor yang membuat kita berkata bahwa tidak layak pekerjaan kita dilakukan oleh mesin. Faktor itu namanya identitas dan eksistensi. Kita tidak mau kan kehidupan manusia didefinisikan oleh mesin dan semuanya diatur oleh mesin? Kita tidak ingin juga semuanya presisi. Kemajuan yang muncul di peradaban manusia itu timbul karena manusia melakukan banyak kesalahan. Karena bagaimanapun, di setiap keburukan yang dihasilkan oleh manusia ada kebaikan di masa depan.

Proses manusia untuk menjadi baik itu muncul dari banyak masalah dan banyak kekacauan. Coba kita lihat dalam bidang politik, pemerintah Amerika Serikat sulit untuk ditumbangkan walaupun pemimpinnya bermasalah. Mengapa? Karena negeri itu dibangun oleh sistem yang benar, sehingga tidak mungkin rubuh hanya karena kesalahan satu pemimpin.

Ada satu pemikiran dari Jennifer Doudna yang cukup menarik. Ketika dia menemukan rekayasa genetik, dia melakukannya bersama dengan banyak ahli genetika. Akan tetapi, setelah menemukannya dan dia bertemu dengan banyak ahli lainnya, dia lalu menghabiskan waktu yang lebih lama dari sebelumnya untuk berpikir apa sebaiknya penemuan ini digunakan atau tidak. Doudna membayangkan, apabila di bumi ini genetika manusia sempurna dan apabila tidak ada lagi manusia cacat, maka pastinya teknologi yang menangani kanker tidak ada, ilmu yang menangani alzheimer hilang, ilmu yang membidangi penyakit lain banyak yang hilang. Akhirnya Doudna sadar bahwa membuat semua menjadi sempurna adalah petaka bagi manusia.

Polisi yang hebat lahir dari penjahat yang hebat. Kucing yang hebat muncul dari tikus yang hebat. Bahkan ada pepatah yang juga berkata bahwa laut yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang tangguh. Setujukah kalian bahwa peradaban yang baik bukan lahir dari Undang-undang yang baik, tetapi dari banyak kesalahan? Mungkin ini jawaban bahwa peradaban ini ke depan seharusnya tidak dipegang oleh mesin yang bergerak hanya berdasarkan data saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tulisan Terbaru

Kategori

Tentang Budiman

UU Desa

Podcast Pilihan

Kutipan

Pemikiran

Desa dan SDA

Budaya dan Aktivisme

Ekonomi

Teknologi

Jejaring

© 2024 Tim Budiman Sudjatmiko